Tren Menikah Sederhana dan Kesiapan Menghadapi Finansial Rumah Tangga
Hallo semua, Selamat datang kembali di blog TIKITAKTIK. Akhirnya setelah sekian purnama aku kembali menulis di blog ini. Belakangan ini lagi marak banget nih cerita di sosial media tentang pasangan yang menikah secara sederhana. Ada yang hanya berjalan kaki menuju KUA untuk melaksanakan akad nikahnya, lalu berfoto ria di samping jajanan batagor yang mereka beli sepulang acara. Ada yang pernikahannya hanya dihadiri kerabat terdekat saja. Dan banyak lagi kisah menikah sederhana lantaran mereka berpendapat bahwa yang terpenting dari sebuah pernikahan bukanlah acaranya, melainkan proses panjang yang akan kita hadapi setelahnya.
Hal tersebut tentu saja menuai reaksi beragam dari masyarakat, ada yang
setuju dengan konsep seperti itu, tapi tak sedikit pula yang kontra dengan tata
cara pernikahan yang serba biasa saja, apalagi ‘menikah’ bukan cuma perkara
menyatukan dua manusia, akan tetapi menyatukan dua keluarga dan juga dua
kebudayaan yang mungkin saling berseberangan.
Jika kita mengacu pada survei, memang tren tersebut sudah mulai bisa
diterima, misalnya mengundang tamu yang lebih sedikit saja. Bridstory
menuliskan bahwa sebanyak 70,6% pasangan masa kini adalah pembuat keputusan
utama dalam perencanaan pernikahan mereka, dan sekitar 50% nya bahkan membiayai
pernikahannya sendiri.
Seperti yang sudah aku singgung di awal, batu sandungan untuk
melaksanakan pernikahan secara sederhana justru akan datang dari keluarga kita
sendiri. Akan sangat sulit bagi kita untuk menyamakan mindset antar keluarga.
Ambil contoh adat jawa, keluarga jawa cenderung menginginkan gelaran yang megah
di setiap pernikahan. Tradisi turun-temurun yang mengundang seluruh keluarga
besar, dan meminta bantuan kepada tetangga di sekitar, dan jamuan selama
minimal 3 hari sudah menjadi pemandangan yang umum di tanah jawa. Coba kita
bayangin berapa nominal uang yang harus kita keluarga untuk acara seperti itu
dan bandingan gimana jadinya jika kita memilih nikah sederhana dan menggunakan
uang untuk membiayai hidup berumah tangga.
Nah, dari beberapa faktor tersebut, aku ingin menyampaikan beberapa poin
menarik tentang kesiapan finansial yang mungkin akan kita hadapi setelah
menikah nanti:
1. Selalu punya rencana keuangan
2. Hindari berhutang
3. Memiliki dana darurat dan tabungan
Yuk kita bahas sama-sama!
Yang pertama, kita harus selalu merencanakan segala bentuk finansial
kepada pasangan, hal itu bisa kita mulai dengan menuliskan pengeluaran dan
pemasukan setiap bulan. Baik itu kebutuhan pokok dan juga
pengeluaran-pengeluaran tak terduga. Hal ini sangat efektif dan membantu kita
mengurangi pengeluaran yang tidak perlu di bulan berikutnya, dengan kata lain,
adanya catatan bulanan bisa jadi bahan evaluasi untuk menjaga kondisi finansial
di level yang aman.
Lalu kita juga bisa memulai untuk mencari penghasilan tambahan apabila
pendapatan pokok suami maupun istri belum cukup untuk menutupi pengeluaran
setiap bulannya. Itu bisa kita mulai dengan merintis usaha kecil-kecilan yang
sesuai dengan minat dan bakat kita, di zaman sekarang banyak sekali peluang
bisnis dan pekerjaan yang bisa kita lakukan tanpa mengganggu pekerjaan utama.
Disisi lain, adanya pekerjaan sampingan juga bisa menambah uang tabungan kita
dan dalam skala sosial bisa juga untuk menambah dan memperluas koneksi.
Kemudian kita bahas poin yang kedua, yaitu tentang pentingnya
menghindari hutang.
Hutang biasanya datang dari gaya hidup kita yang tinggi, merasa perlu
untuk up-to-date, fomo dengan trend zaman sekarang dan gengsi merasa gak mau
kalah dengan orang lain. Faktor paling penting yang harus kita siapkan dalam
berumah tangga adalah kita harus sebisa mungkin menjauhi gengsi karena hutang
biasa datang dari sana, sulit untuk menahan godaan ketika melihat barang baru
serta cenderung impulsif dan konsumtif. Kita akan kesulitan dalam membedakan
antara keinginan dan kebutuhan. Alhasil, saat kita melihat sesuatu yang menarik
kita akan mengeluarkan sejumlah uang dan menjadi boros, menjadi lupa dengan
finansial-plan yang sudah kita bangun bersama pasangan. Makannya tak heran jika
banyak rumah tangga yang terperangkap dalam pinjaman online karena sifat
berhutang yang sudah melekat dalam diri mereka.
Untuk tabungan sendiri
bisa datang dari banyak hal, kita bisa membeli instrumen-instrumen investasi
seperti saham ataupun reksadana. Membeli aset-aset properti dan juga
menkonversi uang kita ke dalam bentuk aset fisik seperti emas juga tidak ada
salahnya untuk kita coba. Bahkan
merencanakan pendidikan anak di masa depan juga te
rmasuk salah satu
tabungan yang cukup menjanjikan untuk bisa kita lakukan.
Nah demikianlah
beberapa poin yang bisa kita jadikan pegangan dalam mengarungi bahtera rumah
tangga. Terlepas dari pernikahan jenis apa yang kita pilih, menikah secara sederhana
tentu memiliki berbagai kekurangan serta kelebihan. Bisa lebih hemat? Tentu
saja, kita bisa menggunakan uang tersebut untuk banyak kebutuhan pasca nikah,
namun kita juga tidak bisa menghindar dari faktor keluarga yang mungkin ada
yang tidak setuju dengan pilihan tersebut. Apalagi jika sudah menyangkut adat.
Pada akhirnya, semua kembali kepada pilihan kita masing-masing. Menurut kamu,
mana yang terbaik? Ceritain pendapatmu di kolom komentar yah!
Sampai ketemu lagi di postingan
selanjutnya. Semoga aku bisa konsisten nulis di blog ini ya, meskipun kadang
pembahasannya bakalan random banget dan tidak tau arah. Semoga ada hal
bermanfaat yang bisa kalian ambil dari sini yaa. See you next time!