Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Formasi Real Madrid di PES 2017 dan PES 2018


Sebagai pelatih baru di dunia sepakbola, prestasi Zinedine Zidane tidak main-main. Bersama Real Madrid, dia berhasil meraih segalanya secepat kilat. Hampir seluruh ajang bergengsi sudah Zidane raih dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Yang terbaru, mantan kapten timnas Perancis ini berhasil membawa Real Madrid ke puncak final UEFA Champions League 3 kali berturut-turut! Gilaaaaaa nggak sih? i mean, yang sudah 22 tahun mengabdi untuk satu klub saja belum tentu bisa.

Hal itu kadang bikin kita bertanya-tanya, sebenarnya apa sih rahasia sukses Zidane? Mungkinkah dia punya dukun? Atau dia jago karena emang sudah dikasih skuat yang mewah? Bisa saja, tapi disini aku ingin menganalisa sedikit tentang taktik milik Zinedine Zidane. Dan bagaimana taktik itu sukses aku terapkan di dalam game PES 2017 dan PES 2018.

1.Formasi

Seperti biasa, kita akan mulai dengan mengatur formasi terlebih dahulu. Pada awal melatih, Zidane masih nyaman mengandalkan trio BBC, tapi dia cerdas, Zidane tak ingin terlalu lama bergantung pada trio tersebut. Maka, dia mulai menerapkan formasi favoritnya ketika masih aktif bermain, 4-4-2 Diamond (atau sebut saja 4-3-1-2). Bale pun tersisih seiring dengan penurunan performa yang dia alami.

4-4-2 Diamond menempatkan 1 gelandang kreatif dibelakang dua striker. Isco dipercaya mengemban peran tersebut. Kalo di PES, maka dia berposisi sebagai AMF yang diapit oleh tiga CM dan dua CF. Posisi ini memungkinkan Isco yang bertubuh kecil untuk bebas meliuk-liuk di area manapun (Aku suka sekali dengan ball control Isco, lengket).

Setelah memilih formasi, kita akan mengatur preset tacticsnya, berikut :
Attacking Instructions :

  • Possesion Game
  • Short Pass
  • Wide
  • Flexible
Defensive Instructions :

  • Frontline Pressure
  • Wide
  • Conservative
Kemudian untuk Advanced Setting, kita menggunakan Attack 1 sebagai Attacking Fullback.

2.Cara Main

Madrid bukan tiki-taka. Los Galacticos selalu punya filosofinya sendiri dalam bermain. Terlebih di era Zidane, mereka selalu bermain efektif (kecuali awal musim ini). Kuncinya adalah pada kedua fullbacknya, tahu sendiri kan gimana ganasnya Marcelo di depan gawang lawan? Ya, Zidane nggak pernah tanggung-tanggung untuk menginstruksikan fullbacknya naik tinggi.

Di PES, aku mencoba menerapkan pola tersebut dengan memanfaatkan setting attacking fullback. Ini memang membatasi striker seperti Ronaldo untuk bermain melebar, tapi bukan berarti dia tidak bisa produktif. Toh, dipasang di posisi manapun di lini serang, Ronaldo tetap mencetak banyak gol.

Pola Zidane yang dimaksud adalah dengan membebaskan dua fullbacknya lewat 3 gelandang tangguh di tengah dan juga peran Benzema. Karim Benzema dikritik lantaran mandul, tapi memang Benzema sengaja ditugaskan untuk mandul. Perannya bukan lagi seorang ujung tombak, melainkan pelayan bagi Ronaldo, pemantul bola dan pembuka ruang bagi pemain lain. Dan, kalau aku disuruh milih tim dengan Ronaldo dan Messi di dalamnya, aku akan menduetkan mereka dengan Benzema!

Carvajal punya akselerasi, sedangkan Marcelo punya teknik dan kematangan bermain. Ini yang bikin Real Madrid nggak butuh banyak peran dari Bale, sebenarnya. Karena hampir semua sisi sayap Madrid pun sudah mutlak menjadi milik mereka berdua. Kroos juga dimanfaatkan dengan baik, dia ditugaskan menjadi distributor bola antar lini, sedangkan Modric melengkapinya dengan berperan sebagai gelandang box-to-box. Casemiro tak kalah vital, dia bertugas melindungi dan mengcover setiap sisi pertahanan Madrid.

4-4-2 Diamond juga bergerak lebih fleksibel. Lini tengah Madrid selalu padat, dengan Isco atau siapa saja yang bermain di belakang striker menjadi pusatnya. Ini yang membuat lawan terpancing untuk bergerak ke tengah dan nggak jarang meninggalkan celah di sisi sayap. Tugas Ronaldo dan Benzema pun jadi lebih mudah, mereka hanya perlu menunggu umpan-umpan matang.


Untuk urusan bertahan, Madrid pun tidak terpaku pada satu sistem. Terkadang mereka melakukan pressing 5 detik, terkadang mereka menunggu di kedalaman, tapi yang paling menonjol adalah skema mereka yang kadang berubah menjadi 4-4-2 tradisional dengan isco bergabung membentuk 4 baris gelandang untuk membentuk zonal marking.

Hal ini bisa berjalan lancar  jika Madrid sedang bermain dalam transisi yang baik. Tapi ekplosifitas kedua Fullbacknya terkadang malah menjadi bumerang bagi pertahanan sendiri, ketika Marcelo dan Carvajal asik menyerang, lawan akan memanfaatkan celah yang mereka tinggalkan.

Kesalahan ini tidak bisa dicover dengan baik oleh para gelandang Madrid yang tidak punya track back yang bagus diarea sayap, yaa karena posisi natural mereka (isco,modric,kroos) adalah gelandang tengah.

Sebagai penutup. Formasi ini sangat cocok untuk kalian yang suka bermain offensif dan mengandalkan possesion game, terlebih menggunakan fullback yang powerful untuk naik membantu penyerangan. Tapi berhati-hatilah dengan serangan balik melewati area sayap yang mungkin akan ‘bolong cukup gede’. Sekian, sampai ketemu di taktik selanjutnya!